Nongkrong bersama teman-teman pasti sangat menyenangkan bagi Sobat Young. Apalagi berkumpul dengan teman dekat.
Biasanya saat berkumpul dengan teman, ada hal-hal yang perlu didiskusikan dan didiskusikan dengan mereka. Salah satunya adalah gosip.
Gosip adalah berbagi informasi pribadi yang sensasional tentang seseorang yang tidak ada. Dikutip dari Mind-People.com di Scienceabc.com.
Gosip memiliki beberapa ciri yang langsung menonjol. Pertama, gosip tentang kegiatan dengan orang lain.
Kami tidak bisa melakukannya sendiri, jadi jika kami berkumpul dengan teman-teman, itu adalah kesempatan untuk bergosip.
Kedua, informasi yang dibagikan selalu tentang orang-orang yang tidak hadir atau dalam kelompok teman.
Ketiga, gosip bukan sekedar berbagi fakta atau rumor dengan teman, tetapi membuat penilaian implisit tentang orang tersebut.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kita sangat dipengaruhi oleh gosip, meskipun itu tidak benar.
Karena tuduhan gosip kurang kuat dan tidak ada fakta yang bisa dibuktikan.
Ini karena kami juga menilai seseorang berdasarkan emosi yang kuat terhadap mereka.
Gosip bisa menyatukan dua orang yang tidak saling kenal dan menjadi sangat dekat karena gosip.
Apalagi jika mengobrol dengan teman menambah informasi tentang orang yang di ajak ngobrol dan menimbulkan banyak pertanyaan yang ingin diketahui.
Meski sudah familiar dengan gosip semacam ini, sebaiknya hindari gosip yang tidak berdasarkan bukti dan fakta yang sebenarnya.
Karena bergosip itu tidak sopan, Anda sebaiknya tidak menyukai orang lain yang berbicara langsung dengan mereka daripada bergosip di belakang punggung mereka.
Gosip, kegiatan yang dilakukan sebagian besar orang di dunia secara rutin. Bahkan, ada yang bilang gosip itu menyenangkan.
Sebagai tanggapan, para ilmuwan sosial telah menemukan bahwa setiap orang dirancang untuk memperhatikan gosip dan berpartisipasi di dalamnya. Sebenarnya, ini adalah adaptasi evolusioner, dan merupakan sifat manusia untuk “menumpahkan” informasi.
Frank McAndrew, seorang profesor psikologi di Knox College di Galesburg, Illinois, mengatakan bahwa untuk berkembang di zaman manusia gua, kita harus memahami apa yang terjadi di sekitar kita.
“Siapa yang tidur dengan siapa? Siapa yang berkuasa? Siapa yang memiliki sumber daya? Jika Anda tidak pandai, Anda tidak terlalu sukses,” katanya seperti dikutip CNN International.
Gosip sering kali berkonotasi negatif, terutama jika menyangkut rumor yang menyakitkan dan hak privasi orang lain.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, percakapan kita tentang orang lain cenderung relatif membosankan dan netral, serta memiliki alasan “unik” tersendiri, kata para peneliti.
gosip orang biasa
Sebagian besar peneliti mendefinisikan gosip sebagai pembicaraan tentang seseorang yang tidak hadir dan berbagi informasi yang kurang diketahui.
Rata-rata orang menghabiskan 52 menit sehari untuk bergosip, menurut analisis para peneliti di University of California, Riverside.
Namun, kebanyakan gosip tidak berbahaya. Sekitar 15 persen obrolan melibatkan penilaian negatif, yang oleh para peneliti disebut “evaluatif,” tetapi di luar itu, rata-rata orang hanya mencatat fakta seperti “dia terjebak di tempat kerja” atau “dia harus pergi ke rumah sakit.”
Obrolan netral semacam itu sebenarnya dapat membantu kita membangun persahabatan, komunitas, atau mempelajari informasi penting bagi kehidupan sosial kita, kata profesor psikologi UC Riverside Megan Robbins.
“Anda bisa membangun hubungan dengan membicarakan orang lain dan melihat apa yang terjadi dengan orang lain dalam tim,” lanjutnya.
“Bahkan, dengan gosip tipe penilaian, Anda berkata, ‘Saya yakin Anda memiliki informasi ini,'” lanjutnya.
Sementara gosip sering distereotipkan sebagai hobi wanita, kelas bawah atau tidak berpendidikan, kenyataannya, Robbins mengatakan semua orang melakukannya.
“Data kami menghilangkan semua stereotip. Sebagai spesies sosial, kami harus berbicara tentang manusia. Kami tidak sendirian, kami berbicara tentang orang-orang yang terkadang tidak ada,” jelasnya.
Namun, praktik tersebut menjadi sangat berbahaya ketika gagal memberikan kesempatan untuk pembelajaran sosial, kata para ilmuwan. Misalnya, membuat komentar kasar tentang penampilan atau kesehatan seseorang, dan membuat komentar yang tidak autentik.
Gosip yang menghakimi atau negatif dianggap bermanfaat ketika memberikan pembelajaran budaya dan memaksa orang untuk berperilaku lebih baik.
Robbins mengatakan ada penelitian menarik yang menunjukkan bahwa gosip dapat berfungsi sebagai pemeriksaan perilaku moral orang lain karena kita peduli dengan reputasi kita sendiri dan risiko orang lain bergosip tentang keputusan kita yang salah.
“Berbagi gosip dengan seseorang adalah mekanisme ikatan. Ini benar-benar meningkatkan moral,” jelas McAndrews.
saya pamit dari artikel ini, semoga para pembaca dan penulis menemukan artikel ini bermanfaat. penulis juga berharap agar semua manusia diberikan kesehatan tanpa batas.